Cari Postingan

Terjemahkan Blog dengan klik bendera yang ada dibawah ini :

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sang Penggenggam Surga

Judul Buku : Sang Penggenggam Surga 
Penulis : Zamzami Elriza 
ISBN : 9786029788396 
Spesifikasi  : 14x20cm 
Terbit : September 2011 
Penerbit : DIVA 

Seorang pemuda desa bernama Zaka Abdilla merantau ke Semarang untuk nyantri di sebuah pesantren, karena dituntut untuk bisa menggantikan posisi bapaknya sebagai tokoh kampung. Di tempat itu pula, dia menemukan cintanya. Seorang gadis mualaf berdarah Prancis yang sangat cantik bernama Aina.

Lambat laun, cinta mereka bersemi. Namun, tiba-tiba sebuah ujian menghampiri keduanya: Aina harus meninggalkan Indonesia atas permintaan kedua orang tuanya, guna melanjutkan studi di negerinya.

Seiring berjalannya waktu, Aina lulus kuliah dengan peringkat cum laude. Setelah itu, Zaka kehilangan komunikasi dengan pujaan hatinya tersebut. Dan, itu berlangsung selama bertahun-tahun. Hingga membuat pemuda itu putus asa atas cinta dan komitmennya.

Di lain pihak, Abah Karim, pendiri dan pengasuh pesantren tempatnya nyantri merasa Zakalah orang yang tepat untuk mendapatkan cinta anaknya, Neng Khalila, putri cantik yang menjadi rebutan para santri lelaki. Akhirnya, dengan berat hati dan disertai rasa putus asa yang dalam, dia menerima tawaran tersebut. 
Lantas, apa yang terjadi kemudian?

Di luar itu, tiba-tiba hadir pula sosok Hilya, seorang gadis desa yang sebelum mondok sangat dikagumi Zaka namun menolak cintanya. Kini, ia datang kepada Zaka dengan membawa cinta yang begitu besar, justru setelah ia menolaknya.

Wow… sebuah kisah cinta yang sangat seru. Penuh kejutan. Dan, kaya akan ajaran-ajaran luhur pesantren yang berhasil dibungkus dengan konflik-konflik menggetarkan para tokohnya! 

“...Seribu maafku karena telah mencintaimu. Sebuah rasa yang sangat terlambat. Ia hadir begitu saja jauh setelah kamu mengungkapkannya padaku. Tapi, tak mengapa, aku sudah merasa cukup bahagia hanya dengan mencintaimu, meski kau tak pernah lagi merasakan hal itu, untukku....” (Goresan tangan Hilya).