Asal Usul Lempake
Dongeng rakyat Samarinda-Kalimantan Timur
Oleh Rachmawati
Pada jaman dahulu kala terdapat tiga
kerajaan, yaitu Kerajaan Gunung Lingai, Kerajaan Pampang dan Kerajaan Gunung
Kapur, terletak di sekitar bendungan yang sangat besar, yaitu Bendungan
Benanga. Rakyat ketiga kerajaan sangat
rukun dan bahu membahu memelihara kebersihan bendungan agar bendungan tetap menyediakan
kebutuhan air buat tiga kerajaan. Hasil pertanian merekapun sangatlah berlimpah.
Sang Raja dari kerajaan Gunung Lingai
memiliki seorang putri yang berparas ayu. Aji Sekar Dewi Namanya. Banyak
pangeran dari ketiga kerajaan tersebut, yang ingin mempersunting sang putri. Dengan
segala daya upaya masing-masing pangeran dari tiga kerajaan tersebut berusaha
membekali diri masing-masing dengan berbagai keahlian. Ada yang ahli bermain musik,
ahli memanah, ahli menunggang kuda dan ahli ilmu kepemimpinan istana. Akan
tetapi Sekar Dewi Hanya menyukai seorang pangeran yaitu Pangeran Pui.
Pangeran Pui berparas tampan, rendah
hati, dan ahli bermain Keluri, banyak pangeran yang iri dengannya karena selama
ini hanya pangeran Pui sajalah yang berhasil memikat hati Putri Aji Sekar Dewi.
Mereka berdua sering bercengkrama dengan para dayang di sebuah lembah yang
hijau sambil mendengarkan Pangeran Pui memainkan alat musik Keluri.
Melihat kedekatan dan keakraban Putri
Aji Sekar Dewi dan Pangeran Pui bersama para dayang, timbullah rasa amarah pada
salah seorang pangeran yang melihat mereka dari kejauhan.
“Akulah yang pantas mendampingi sang
putri”, Ucap Pangeran Ifung dari
Kerajaan Pampang. “Sayalah yang lebih pantas mendampingi putri karena saya ahli
memanah”, Ucap Pangeran Mulawarman. Setelah berdebat tanpa akhir mereka berdua
menyusun rencana untuk membinasakan sang pangeran agar dapat merebut hati sang
putri. Mereka berduapun meminumkan
ramuan tanpa arah pada kuda tunggangan Pangeran Pui. Tepat di saat Pangeran Pui
ingin kembali ke Kerajaannya, Pangeran Pui bingung karena kuda yang
ditungganginya berlari tanpa arah dan Pangeran Pui pun tersesat sangat jauh.
Hari demi hari dengan ditemani oleh
Dayang sang putri menanti kedatangan Pangeran Pui di Lembah tempat mereka
sering bercengkrama, Para Dayang menarikan Tari Jepen untuk menghibur Sang
Putri. Apalah daya sang Putri tetap bersedih karena sang kekasih hati tak kunjung
bersua.
Raja dan Ratu sedih dibuatnya. Setiap
hari Sang Putri selalu menuju Lembah tempat
mereka sering menghabiskan waktu bercengkrama, menanti sang Kekasih Pujaan
hati. “Dayang tahukah kalian, disini kan
selalu kunanti Kekasih hatiku, Aku yakin dia akan kembali menghilangkan laraku”,
ucap Putri Aji Sekar Dewi. Sang Putri pun rajin bersenandung menumpahkan lara
hatinya lewat syair-syair lagu.
Pulang-pulanglah
pujaan hati
Hilangkan
lara dihati
Datang-datanglah
kekasih hati
Dinda
disini menanti
Para
pangeran yang telah menyusun rencana jahat pada Pangeran Pui, menyesali sikap
yang telah mereka ambil. Mereka pun turut merasakan kesedihan yang dirasakan
sang putri apabila kehilangan orang yang disayangi. Sadar bahwa sang putri
hanya pemnyayangi Pangeran Pui. Merekapun bekerjasama untuk mencari jejak sang
Pangeran Pui agar bisa kembali pulang.
Keesokan
harinya mereka bertiga menyusuri lembah, gunung dan daratan untuk mencari
pangeran Pui. Setelah beberapa hari dalam perjalanan, tibalah mereka disebuah
hutan yang sangat hijau bernama Hutan Bengkirai, dengan hewan-hewan yang hidup
rukun. Mereka sangat terkejut ketika mendapati pangeran Pui sedang memainkan Keluri
ditemani hewan-hewan penghuni hutan.
Pangeran Pui sangat gembira melihat temannya datang menemuinya. Pangeran Pui
menceritakan kisah aneh yang dialaminya hingga dia tersesat dihutan dan tak
bisa kembali dikerajaannya. Para pangeran pun meminta maaf dan menjelaskan
kejadian sebenarnya. Juga perihal Putri yang selalu bersedih. Pangeran Pui tak
marah, dan mengucapkan terima kasih, berkat peristiwa tersebut dia memiliki
banyak pengalaman yang tidak didapatkannya dibalik istana.
Mereka
berempat akhirnya pulang menuju ke Kerajaan Gunung Lingai mengantar Pangeran Pui untuk bertemu dengan
Putri Aji Sekar Dewi. Raja dan Ratu sangat senang dengan kedatangan Pangeran
Pui. Merekapun menyusun rencana untuk menikahkan sang Putri Kerajaan di
LEMPAKE, ya Lembah tersebut, pada akhirnya terkenal dengan sebutan LEMPAKE atau
lembah penantian kekasih, tempat sang
putri bersenandung dan membuang lara dihatinya.
Putri
sangat bahagia melihat ayahandanya datang bersama iring-iringan pengantin dari
Kerajaan Gunung Kapur, bersama Pangeran Pujaan Hatinya. Pesta Pernikahan meriahpun
diadakan dan mereka berduapun hidup Bahagia. ♥♥♥ (rachmawati)
Penjelasan Istilah
Benanga adalah
nama sebuah bendungan di Samarinda yang memiliki kemampuan menampung air hujan
yang berasal dari Hulu Sungai Karang Mumus, luas DAS Karang Mumus 320 km persegi, dengan luas
sub DAS sebesar 195 km persegi (195.000.000 m2)
Tari Jepen adalah
salah satu tarian tradisional dari Kalimantan timur yang terinspirasi dari
kebudayaan melayu dan budaya islam. Digunakan sebagai tarian penyambutan .
Keluri/kaduri/Kadire
adalah termasuk alat musik tiup yang bentuknya menyerupai keledi terbuat dari
tempurung kelapa, buah labu kering dan memiliki lima buah pipa bambu. Sumber
bunyi kadire tidak diperoleh dengan meniup buah labu yang dikeringkan,
melainkan tempurung kelapa. Tempurung kelapa ini berfungsi sebagai pengatur
nada. Kadire dimainkan saat upacara adat masyarakat Dayak
Kenyah,Kayan,Bahau,Penan (rumpun apau kayan).
Pui Pangilan anak laki-laki suku dayak kenyah.
Gunung
Lingai adalah nama kelurahan di kecamatan Sungai Pinang, Samarinda, Kalimantan Timur.
Gunung Kapur adalah
nama kelurahan di kecamatan Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur.
Lempake
adalah nama kelurahan di kecamatan Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan
Timur.
Asal Usul Lempake by Rachmawati on Scribd