Manusia menganggap segala sesuatu merupakan hal-hal yang terjadi secara alamiah. Logika dari "bayangan disebabkan oleh adanya kehadiran Matahari" mencegah orang melihat keajaiban dalam hidup. Bagi kebanyakan orang, keajaiban adalah "rantai sebab-sebab alamiah." Berikut ini merupakan contoh bagaimana istilah ini datang:
Roti dibuat di toko roti. Roti terbuat dari tepung di toko roti. Tepung dibawa ke toko roti dari pabrik. Pabrik menerima tepung dalam bentuk gandum dari distributor. Distributor memperoleh gandum dari petani, dan petani memperoleh gandum dari tanah garapannya... Ada sistem sebab-sebab alamiah yang menyebabkan orang percaya Namun, jika dipikirkan secara jernih, rantai ini pada kenyataannya merupakan "rantai keajaiban" yang setiap detilnya telah ditetapkan oleh Allah.
Allah mengungkapkan dalam satu ayat bagaimana asal muasal Dia membuat matahari setelah selesainya penciptaan bayangan:
“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu” (QS. Al-Furqan:45)
Jika dilihat dari peristiwa yang lain, mungkin terlihat sebagai hal yang cukup biasa-biasa saja bagi manusia tentang proses terbentuknya makhluk yang berasal dari kombinasi sperma dan sel telur, tetapi sebenarnya hal itu merupakan hal yang tidak biasa. Siapapun yang berpikir secara jujur tentang masalah ini akan menyadari bahwa peristiwa terbentuknya manusia yang berasal dari setetes cairan, dan dapat berubah menjadi manusia yang memiliki pikiran dan jiwa, merupakan merupakan keajaiban yang sungguh luar biasa. Mereka akan melihat dengan jelas bahwa Allah telah menciptakan manusia dan mewujudkannya dengan keajaiban besar. Kita dapat melihat dengan pikiran terbuka bahwa Allah memiliki seni kreatif yang sangat tinggi, dan seni tersebut bersifat nyata, pada apapun peristiwa-peristiwa yang akan terjadi nanti. Sebagaimana yang telah Allah katakan dalam ayat lain:
…"Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Rabbku."(QS. Al-Kahfi:37-38)
Coba kita lihat, bumi sepertinya ditangguhkan dalam ruang besar kekosongan. Mungkin nampak biasa-biasa saja bagi Bumi untuk tetap diam di dalam dasar kehampaan melalui berbagai efek tarik-menarik di alam semesta, tetapi hal semacam itu merupakan hal yang tidak biasa. Dalam keadaan normal, seseorang akan menduga bahwa Bumi terseret ke Matahari karena gaya tarik gravitasinya, atau karena adanya keseimbangan yang terganggu di alam semesta. Tetapi hal itu tidak tepat. Planet kita yang besar ini tetap di orbit yang sama dan dengan keseimbangan yang sama, tidak rusak selama milyaran tahun di alam semesta yang tiada batas, tak terganggu oleh benda-benda luar angkasa yang lain dan dengan semua kondisi yang sangat mendukukung kehidupan, tidak dapat dijelaskan secara alamiah. Karena sebab-sebab alamiah bergantung pada keseimbangan yang sangat halus, selain itu ekuilibrium bumi tersebut bisa terganggu setiap saat. Memang, secara logika "asal muasal peristiwa alamiah," itu akan tampak lebih masuk akal jika bumi kemudian menjadi rusak dan lenyap. Namun kejadian itu tidak dapat terjadi secara alamiah dikarenakan atas perlindungan dan kasih sayang Allah. Dalam ayat lain, Allah mengungkapkan:
Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (QS.Al-Anbiya’:32)
Panas matahari mencapai bumi pada takaran yang pas untuk memenuhi kebutuhan manusia, mungkin juga dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja. Kenyataannya, cara sinar matahari mencapai Bumi kita meskipun jarak dan kehampaan yang sangat jauh di antara mereka adalah fenomena yang sangat penting dan bukanlah hal yang biasa. Pada lapisan ganda, terdapat ruang di antara dua permukaan untuk mencegah penyaluran panas. Jarak ini dimaksudkan untuk mengurangi hilangnya panas. Terlihat dalam istilah itu, dan teringat dalam pikiran kita bahwa ruangan yang hampa udara tidak dapat menularkan panas, sulit untuk dimengerti bagaimana panas dari matahari tetap dapat menjangkau kita tanpa adanya kehilangan panas dari peristiwa yang terjadi di luar angkasa tadi. Jika dilihat secara alami, hal ini seharusnya akan menghasilkan kemustahilan bagi panas matahari untuk bergerak melalui ruangan hampa udara. Melalui kehendak Allah, panas matahari dapat berpindah melalui luar angkasa ke bumi seolah-olah hal itu memang telah terkunci ke target akhirnya, yaitu bumi.
Apa yang dipikirkan oleh orang-orang tentang "rantai sebab-sebab alamiah" sebenarnya merupkan tanda-tanda yang mengarah kepada keimanan, dan memerlukan pemikiran yang mendalam. Tanda-tanda ini sangat penting sebagai gambaran yang ditujukan kepada orang-orang beriman agar lebih dekat kepada Allah.
Dari semua tanda-tanda yang tak terhitung jumlahnya dan mengarah kepada keimanan, coba berpikirlah mengenai keadaan mata kita. Mata memberi kita bentuk yang jelas pada setiap hal. Bahkan kamera paling sempurna pun tidak dapat melakukan operasi optik secara otomatis seperti lensa mata. Bahkan alat fokus otomatis dari kamera memerlukan usaha khusus yang cukup serius dan membutuhkan waktu yang agak lama agar dapat memunculkan gambar yang jelas. Ketika manusia melihat ke suatu tempat, bagaimanapun, ia tidak pernah berpikir "Saya sekarang harus menyesuaikan lensa di mata saya agar dapat melihat jarak yang jauh." Hal ini tentu saja tidak mungkin dapat dibayangkan bahwa penciptaan yang terperinci seperti itu dibentuk oleh lensa mata secara tidak sadar. Allah telah membuat cara kerja lensa secara alami dari melihat suatu objek dan dapat diterima oleh mata. Itulah Tuhan kita, Allah Yang Mahakuasa, yang menciptakan dunia yang terang, berwarna, dan hidup. Dunia yang selalu ada dalam pikiran kita. Dengan segala ciptaan-Nya, memang sudah seharusnya kita memuji-Nya.
Kalau Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan segala sesuatu tanpa asal muasal. Keberadaan sebab-sebab alamiah sangat penting agar kita dapat memahami nikmat Allah yang tak terbatas. Cara alamiah tersebut dibuat saling bergantung satu sama lain dan merupakan bukti bahwa tidak ada yang dapat terjadi secara kebetulan. Allah menentukan segala hal dengan tepat dan sangat terperinci dengan Kebijaksanaan dan Keagungan-Nya.
Sumber : Majalah Hidayah
Sumber : Majalah Hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.