Bulan puasa (Ramadhan) telah tiba. Umat islam bersuka
cita menyambut bulan penuh berkah ini. Makna kegiatan puasa dapat di tinjau
dari berbagai dimensi : spiritual, kesehatan, emosi, sosial, termasuk juga
aspek moral sebagai muaranya.
Nah, bagi si kecil (usia 6 tahun ke bawah), puasa juga
dapat menjadi medium bagi perkembangan dirinya dari berbagai aspek tadi. Uraian
berikut akan membahas makna dan peran puasa dari sudut perkembangan psikologis,
khususnya belajar tentang kejujuran, disiplin, berempati, berbagi, dan belajar
bekerja sama.
Secara umum ada 3 (Tiga) aspek perkembangan yang harus
digarap secara simultan dalam menanamkan dan mengembangkan perilaku tersebut,
yaitu aspek kognitif (knowing), afektif (feeling), dan psikomotor (acting).
Kejujuran
Kejujuran, aspek yang sangat mendasar dan diperlukan
bagi seseorang dan lingkungannya. Kata hati (conscience) yang merupakan pusat
pengembangan moral seseorang, berawal dari kejujuran. Seseorang akan dapat
dipercaya atau tidak dalam bekerja sama, bergantung pada, apakah ia dapat
berperilaku jujur atau tidak. Dalam komunitas yang lebih besar, saat ini kita
merasakan betapa memprihatinkannya kondisi ekonomi dan sosial bangsa kita
karena adanya berbagai kasus yang berpangkal pada ketidakjujuran. Jati diri
bangsa kita yang dulu kita pelajari sebagai bangsa yang luhur seolah (hampir)
menjadi kenangan. Sulit sekali saat ini kita mencari tokoh yang patut di
teladani kejujurannya.
Esensi kejujuran adalah apa yang
dibicarakan, itulah yang dilakukan, baik terlihat maupun tidak. Penerapannya
memang tidak mudah, karena sebagai makhluk sosial, manusia memiliki banyak
pertimbangan untuk menampilkan dirinya apa adanya. Ada kekhawatiran munculnya
penilaian negatif, dan bahkan tidak diterima oleh lingkungan. Belum lagi adanya
dari berbagai kebutuhan dan aturan yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengenalan, penanaman, dan pembiasaan yang terus-menerus.
Sebegitu pentingnya dan langkanya ”kejujuran“ ini,
tentu kita sebagai orangtua sekaligus pendidik perlu memiliki obsesi untuk
menanamkan kejujuran sejak dini. Sejak anak kita masih dalam kandungan, dimana
semua hal positif sekaligus negatif dapat tertransfer secara spiritual
maupun neuro–psikologis. Namun itu pembahasannya akan sangat
panjang, secara konkret, kita dapat mulai menanamkan kejujuran sejak kita dapat
berinteraksi dengan ananda (di usia 6 bulan). Namun untuk memperkenalkan
kejujuran sehubungan dengan aktifitas di bulan Ramadhan, secara verbal dengan
ananda, yaitu ketika ananda berusia sekitar 2 tahun.
Cara Menanamkan Kejujuran
Ketika bulan Ramadhan, kita dapat menanamkan kejujuran
bagi ananda melalui aktifitas berikut :
A. Knowing
Kenalkan apa itu aktifitas berpuasa, bagaimana “ aturan mainnya”.
·
Kita dapat memperkenalkannya dengan
membahasakan, melabel ataupun memverbalkan apa yang sedang kita laksanakan.
·
Bacakan buku cerita seputar kegiatan dan
hikmah bulan Ramadhan.
B. Feeling
Ajak anak mengenali berbagai perasaan yang muncul terkait bulan Ramadhan.
·
Gembira menyambut Ramadhan, apakah
bergembira karena pahala yang bertaburan pada saat Ramadhan, karena dapat
berkumpul dengan semua anggota keluarga pada saat sahur dan buka puasa, atau
karena makanan yang disiapkan Bunda adalah makanan kesukaan ananda.
·
Rasa tidak nyaman, atau sedih, ketika
harus menahan lapar.
C.
Acting
Anak mulai dilatih untuk :
·
Berpuasa, sekuatnya, sesuai dengan
usianya.
Bagi
anak–anak yang baru berusia 3 tahun kebawah, berpuasa 1 atau 2 jam saja sudah
cukup. Kemudian pada usia 4–6 tahun baru dicoba setengah hari, dan selanjutnya
bisa terus ditingkatkan hingga satu hari penuh. Hal ini dapat dibicarakan
sebelumnya antara orangtua dengan ananda.
·
Jika anak tidak sanggup merampungkan
puasanya, mintalah ananda menyampaikan apa adanya. Orangtua agar bersikap
memahami. Katakan bahwa ayah/bunda sangat menghargai kejujuran ananda, dan ia
dapat berbuka puasa sendiri di tempat yang tidak terbuka. Kaitkan dengan
spiritualitas, Allah SWT senang dengan anak yang jujur.