Bila masih mungkin kita menorehkan batin
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Hoo..oo..du..du...du..ouoo...ouoo
Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang tertimbun tanah
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihnya hanya atas kehendaknya kita masih bertemu matahari
Kepada rumpun di lalang kepada bintang gemintang
kita dapat mencoba meminjam catatanNya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segera bersujud mumpung kita masih di beri waktu
♥♥♥
alhamdulillah…
kalimat ini begitu luar biasa akan segala maknanya. puji syukur kepada Allah Tuhan Pencipta Alam Semesta, memang patutnya selalu kita dengungkan sebagai makhluk-Nya yang masih dibiarkan hidup sampai sekarang; bahkan saat diri ini bernoda atau bercahaya sekalipun, Allah masih memberikan kita waktu untuk menguji seberapa kotor atau seberapa terang kah diri kita nanti di akhir masa…
curahan ini merupakan hasil dari asimilasi banyak inspirasi malam ini, serta akumulasi hikmah yang terkumpulkan dari beberapa hari terakhir.
mulai dari arti dari sebuah kompetisi. dimana akhirnya kita belajar tentang persiapan, latihan, dan mengukur kekuatan diri dan orang lain. tidak semata-mata punya semangat. karena memang akhirnya yang melakukan segalanya dengan nyata dan konkrit adalah raga, sedang jiwa menjadi motor penggeraknya.
tapi tak cukup sampai disini, nasehat seorang teman menyempurnakannya, bahwa kekuatan ternyata juga bukanlah satu-satunya faktor utama yang menentukan. Sang Pemberi Kekuatan adalah segalanya. Ia yang menyiapkan, memutuskan, menghilangkan, dan menguji hamba-Nya untuk menjalani setiap perjalanan dan perjuangan. tanpa-Nya, semua tiada berarti.
pelajaran lain juga tumbuh dari momen akbar di hari raya ini. dimana kita belajar tentang keluarga dan maknanya untuk menemani setiap langkah hidup.
tiap ayunannya, pasti ada kerikil dan batu besar yang menghalangi. atau kadang setapak yang kita lewati berada dalam rumput dan alang yang begitu tinggi sehingga mampu menghilangkan pandangan akan arah yang kita tuju. dan bahkan semuanya datang secara bersamaan membuat perjalanan semakin sulit diselesaikan. gandanya kombinasi ujian yang datang bersamaan, dan sayangnya bertepatan di masa yang harusnya bersama keluarga namun tak terjadi, menambah level ujian. hati, menjadi hujan jadinya…
tapi, keyakinan akan hikmah dalam setiap kondisi apapun, turut menerangi hati yang akhirnya mampu melingkarkan pelangi di lingkupannya. seperti dalam kutipan di tulisan lain bahwa,
ya, keluarga dimanapun pasti kita punya..
hanya tergantung bagaimana kita mampu mendefinisikan keluarga bagi diri kita masing2…
ayo teman-teman yang sendirian di Lebaran ini, kita tidak benar-benar sendiri!
ternyata benar. sinaran kebijaksanaan ini tak hanya melingkarkan pelangi keindahan di hati ini saja, namun tiap orang lain juga merasakan hal yang sama dengan berpikir lebih positif. kita sesungguhnya tidaklah benar-benar sendiri. ada banyak orang di sekitar kita yang begitu luar biasa yang kadang kita lupakan. merekalah teman, kenalan, sahabat, kawan, guru, kakak, dan adik bagi kita. keluarga ini begitu luas untuk diartikan, dan jangan sekali-kali menyempitkan dan membatasi kasih sayang dalam persaudaraan…
dari seorang teman lain, kita juga belajar tentang bagaimana memaknai masa hidup yang lalu. berkontemplasi dan mengukur sudah sejauh mana perjalanan hidup menjadi sesuatu yang patutnya selalu kita lakukan agar sigap dalam mengantisipasi salah arah perjuangan. dan dengan evaluasi itu, kita akhirnya tahu sudah seberapa banyak yang kita dapatkan dibandingkan yang kita berikan. kita dituntut bersyukur untuk ini semua…
ya, bersyukur memang menjadi keharusan…
agar kita tahu bahwa kita makhluk yang hina dan bodoh ini sesungghnya kecil di hadapan-Nya. saat kita bersyukur, kita akan sadar bahwa latihan kita, perjuangan kita, dan hikmah yang kita dapatkan, semuanya hanyalah pemberiannya.
dan saat kita syukuri setiap kado dari Sang Maha Pemberi ini, niscaya kita akan mendapatkan hikmah lagi, lagi, dan lagi…
selamat menjadi manusia yang bersyukur!
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Hoo..oo..du..du...du..ouoo...ouoo
Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang tertimbun tanah
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihnya hanya atas kehendaknya kita masih bertemu matahari
Kepada rumpun di lalang kepada bintang gemintang
kita dapat mencoba meminjam catatanNya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segera bersujud mumpung kita masih di beri waktu
♥♥♥
alhamdulillah…
kalimat ini begitu luar biasa akan segala maknanya. puji syukur kepada Allah Tuhan Pencipta Alam Semesta, memang patutnya selalu kita dengungkan sebagai makhluk-Nya yang masih dibiarkan hidup sampai sekarang; bahkan saat diri ini bernoda atau bercahaya sekalipun, Allah masih memberikan kita waktu untuk menguji seberapa kotor atau seberapa terang kah diri kita nanti di akhir masa…
curahan ini merupakan hasil dari asimilasi banyak inspirasi malam ini, serta akumulasi hikmah yang terkumpulkan dari beberapa hari terakhir.
mulai dari arti dari sebuah kompetisi. dimana akhirnya kita belajar tentang persiapan, latihan, dan mengukur kekuatan diri dan orang lain. tidak semata-mata punya semangat. karena memang akhirnya yang melakukan segalanya dengan nyata dan konkrit adalah raga, sedang jiwa menjadi motor penggeraknya.
tapi tak cukup sampai disini, nasehat seorang teman menyempurnakannya, bahwa kekuatan ternyata juga bukanlah satu-satunya faktor utama yang menentukan. Sang Pemberi Kekuatan adalah segalanya. Ia yang menyiapkan, memutuskan, menghilangkan, dan menguji hamba-Nya untuk menjalani setiap perjalanan dan perjuangan. tanpa-Nya, semua tiada berarti.
pelajaran lain juga tumbuh dari momen akbar di hari raya ini. dimana kita belajar tentang keluarga dan maknanya untuk menemani setiap langkah hidup.
tiap ayunannya, pasti ada kerikil dan batu besar yang menghalangi. atau kadang setapak yang kita lewati berada dalam rumput dan alang yang begitu tinggi sehingga mampu menghilangkan pandangan akan arah yang kita tuju. dan bahkan semuanya datang secara bersamaan membuat perjalanan semakin sulit diselesaikan. gandanya kombinasi ujian yang datang bersamaan, dan sayangnya bertepatan di masa yang harusnya bersama keluarga namun tak terjadi, menambah level ujian. hati, menjadi hujan jadinya…
tapi, keyakinan akan hikmah dalam setiap kondisi apapun, turut menerangi hati yang akhirnya mampu melingkarkan pelangi di lingkupannya. seperti dalam kutipan di tulisan lain bahwa,
ya, keluarga dimanapun pasti kita punya..
hanya tergantung bagaimana kita mampu mendefinisikan keluarga bagi diri kita masing2…
ayo teman-teman yang sendirian di Lebaran ini, kita tidak benar-benar sendiri!
ternyata benar. sinaran kebijaksanaan ini tak hanya melingkarkan pelangi keindahan di hati ini saja, namun tiap orang lain juga merasakan hal yang sama dengan berpikir lebih positif. kita sesungguhnya tidaklah benar-benar sendiri. ada banyak orang di sekitar kita yang begitu luar biasa yang kadang kita lupakan. merekalah teman, kenalan, sahabat, kawan, guru, kakak, dan adik bagi kita. keluarga ini begitu luas untuk diartikan, dan jangan sekali-kali menyempitkan dan membatasi kasih sayang dalam persaudaraan…
dari seorang teman lain, kita juga belajar tentang bagaimana memaknai masa hidup yang lalu. berkontemplasi dan mengukur sudah sejauh mana perjalanan hidup menjadi sesuatu yang patutnya selalu kita lakukan agar sigap dalam mengantisipasi salah arah perjuangan. dan dengan evaluasi itu, kita akhirnya tahu sudah seberapa banyak yang kita dapatkan dibandingkan yang kita berikan. kita dituntut bersyukur untuk ini semua…
ya, bersyukur memang menjadi keharusan…
agar kita tahu bahwa kita makhluk yang hina dan bodoh ini sesungghnya kecil di hadapan-Nya. saat kita bersyukur, kita akan sadar bahwa latihan kita, perjuangan kita, dan hikmah yang kita dapatkan, semuanya hanyalah pemberiannya.
dan saat kita syukuri setiap kado dari Sang Maha Pemberi ini, niscaya kita akan mendapatkan hikmah lagi, lagi, dan lagi…
selamat menjadi manusia yang bersyukur!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.